B.Diksi atau Pilihan Kata
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti "diksi"
yang lebih umum digambarkan denganenunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga
setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas
terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata
dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian;
pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang
utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat
menghasilkanintonasi dan karakterisasi, contohnya
penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan
karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap
pemilihan kata dan sintaks.
Jika
kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut
dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah
wacana.
Di
dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang
untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata
melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi
juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan
ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang
tinggi.
Sebelum
menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni:
masalah makna dan relasi makna :
• Makna
sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna
Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna
Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna
gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses
reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku
yang bermakna “banyak buku”.
2. Makna
Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial
perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka
kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata
bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan
kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna
denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang
dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya
yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna
konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,
artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
4.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual
“sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata
melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani /
paham komunis.
5.
Makna Kata dan Makna Istilah
Makna
kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai
faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi
jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna
orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna
air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna
istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna
istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau
keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di
bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu
perkara.
6. Makna
Idiomatikal dan Peribahasa
Yang
dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik
kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna
leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.
Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna
hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari
kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan,
maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana
dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa
7. Makna Kias dan Lugas
Makna
kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti
sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
Agar
dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang
baik harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan
dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang
pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai
berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh
Paragraf :
1).
Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk.
Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak
lama kemudian.
2).
Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh
semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga
seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu
sepanjang hari disana, kami pulan
1. Makna
Denotatif dan Konotatif
Makna
denotatif adalah
makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang
sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah
suatu
pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan
sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini
adalah makna denotatif.
Makna
konotatif adalah
makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap
pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
2. Makna
Umum dan Khusus
Kata
umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
- Makin
luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata,
maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
- Makin
sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin
mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata
ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan
tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang,
nila, ikan koki dan ikan mas. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut
kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata
khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
3. Kata
abstrak dan kata konkret.
Kata
yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti
meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah
kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti
gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan
khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan
dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim
adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim,
tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kesinoniman
kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu
kata.
5. Kata
Ilmiah dan kata popular
Kata
ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar,
terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta
diskusi-diskusi khusus.
Yang
membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer
digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau
pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah,
laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Kalimat
Efektif dalam bahasa indonesia
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya
seperti yang di maksud penulis /pembicara.
Ciri-ciri
kalimat efektif: (memiliki)
- KESATUAN
GAGASAN
Memiliki
subyek,predikat, serta unsur-unsur lain (O/K) yang saling mendukung serta
membentuk kesaruan tunggal.
Di
dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan
umum.
Kalimat
ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam
keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu
merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus
dihilangkan)
- KESEJAJARAN
Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak
menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat
tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-. Kalimat itu harus
diubah :
- Kakak
menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
- Anak
itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
- KEHEMATAN
Kalimat
efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang
berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga
mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian
kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat
yang benar adalah:
Mawar,anyelir,
dan melati sangat disukainya.
- PENEKANAN
Kalimat
yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1. Mengubah
posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan
kalimat. Contoh :
a. Harapan
kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
b. Pada
kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2. Menggunakan
partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan
–kah. Contoh :
a. Saudaralah
yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
b. Kami
pun turut dalam kegiatan itu.
c. Dapatkah
dia menyelesaikannya?
3. Menggunakan
repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh
:
Dalam
membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua
dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap
saling memahami antara satu dan lainnya.
4. Menggunakan
pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh :
a. Anak
itu tidak malas, tetapi rajin.
b. Ia
tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
- KELOGISAN :
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh :
Waktu
dan tempat saya persilakan.
Kalimat
ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang
tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya :
Bapak
penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Penentuan
batas kata
Dalam
ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas kata:
a. Pada
jeda
Seorang
pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan,
diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan
cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah
sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri
dari banyak suku kata.
b. Keutuhan
Seorang
pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan lalu disuruh
untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
c. Bentuk
bebas minimal
Konsep
ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah leksem,
jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
d. Batas
fonetis
Beberapa
bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya mudah ditinjau di mana
batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur menjatuhkan
tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh setelah
masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada
bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam
sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata
mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua
bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada
bahasa ini ada pula perkecualiannya.
e. Satuan
semantic
Seperti
pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini
memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil.
Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan
sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik
yang adalah kata majemuk.
Dalam
prakteknya, para ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini untuk
menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi
persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.
Kriteria Diksi :
· Tepat, kata yang maknanya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan
dan sesuai dengan tempatnya dalam kalimat. Kalau yang dimaksud misalnya
“diminta datang” jangan menggunakan ungkapan yang diharapkan yang “diharapkan
datang” karena pengertian kata yang diminta dan diharapkan tidaklah sama.
· Benar, kata yang penulisannya
sesuai dengan kaidah ejaan dan pembentukan kata. Contoh: propinsi --> provinsi,
analisa --> analisis.
· Baku, kata yang sudah
dibakukan atau sudah menjadi milik bangsa Indonesia, bukan kata atau masih
dipakai di daerah-daerah tertentu. Contoh: kenapa --> mengapa, dibikin
--> dibuat.
Jenis-Jenis Diksi Berdasarkan Makna
· Makna Denotatif
adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif
tidak mengalami perubahan makna. Makna denotatif berhubungan dengan bahasa
ilmiah. Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi :
ü Pertama
Relasi antara sebuah
kata dengan barang individual yang diwakilinya
ü Kedua
antara sebuah kata dan
ciri-ciri atauperwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya
· Contoh Makna Denotatif
Misal :
kata Makan Kata ini
berarti memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Makna ini berarti
denotatif.
Contoh lain :
Andi makan roti.
Irma menulis surat di
meja belajar.
Uma minum susu.
· Makna Konotatif
Adalah makna asosiatif, makna yang timbul
sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan criteria tambahan yang di
kenakan pada sebuah makna konseptual. Makna
konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan
· Contoh Makna Konotatif
Misal :
Kata kamar kecilKata ini
berarti sebuah ruangan yang kecil pada makna denotatif tapi pada makna
konotatif berarti jamban.
contoh lain :
Joni adalah sampah
masyarakat dikampungnya.
Andi menjadi kambing
hitam dalam masalah tersebut.
Para petugas gabungan
merazia kupu-kupu malamtadi malam.
Bu Marcella sangat sedih
karena terjerat hutang lintah darat.
Ø Jenis-Jenis Pilihan Kata atau Diksi
Berdasarkan Leksikal
ü Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada
asasnya mempunyai makna yang sama tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini
dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan.
· Sinonim mutlak :
Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks kebahasaan apa
pun tanpa mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata
/frasa / klausa / kalimat.
· Sinonim semirip :
Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks kebahasaan tertentu
tanpa mengubahmakna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata / frasa
/klausa / kalimat tersebut saja.
· Sinonim selingkung :
Kata-kata yang dapat saling menggantidalam satu konteks kebahasaan
tertentu saja secarastruktural dan leksikal.
Contoh Sinonim
mutlak :
kosmetik = alat
kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi =
perkamusan
kucing = meong
Contoh Sinonim
semirip :
melatis = menerobos
lahiriah = jasmaniah
Contoh Sinonim
selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya
Mati = mangkat = wafat =
meninggal
Kesinoniman masih
berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
Contoh kalimat:
Aku masih beruntung karena
perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat ibuku
bekerja, berbaik hatimau melunasi semua tunggakan kuliahku.
ü Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim
disebut juga dengan lawan kata.
· Antonim berpasangan :
kata-kata yang secara makna jelasbertentangan
karena didasarkan pada makna pasangannyasehingga tidak bisa dipertentangkan
tanpa kehadiranmakna pasangannya. Jika salah satu unsur dinegatifkan,tidak
secara serta-merta memunculkan pasangannya.
· Antonim melengkapi :
kata-kata yang secara maknabertentangan, tetapi kehadiran makna
salah satu kata bersifat melengkapi kehadiran makna yang lain.
· Antonim berjenjang :
kata-kata yang secara maknamengandung pertentangan, tetapi
pertentangan makna ini bersifat berjenjang/bertahap/bertingkat.
Contoh Antonim
berpasangan :
(ber)-dosa >< suci
Suami >< Istri
Pembeli >< penjual
Jual >< beli
Besar >< kecil
Tu
a >< m u d a
Contoh Antonim
melengkapi :
pertanyaan ><
jawabanmencari >< menemukan
Contoh Antonim
berjenjang :
dingin >< hangat
>< panas
kaku >< lentur
>< elastis
mahal >< wajar
>< murah
Contoh Kalimat
Berantonim :
ü Hanya janji Allah SWT, yang menyatakan akan
datang kemudahan setelah kesulitan
ü Kegagalan adalah gerbang menujuKesuksesan.
ü Homonim
Homonim adalah suatu
kata yang memiliki maknayang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika
lafalnya sama disebut homograf, namun jika yangsama adalah ejaannya maka
disebut Homofon. Ada dua bentuk Homonim :
ü Homograf
Homonim
yang mempunyai lafal yang sama
ü Homofon
Homonim
yang mempunyai ejaan yang sama
Contoh Homofon :
Masa
dengan Massa
Guci itu adalah
peninggalan masa kerajaan kutai
(masa
= waktu)
Kasus
tabrakan yang menghebohkan itu dimuat dimediamassa
(massa
=masyarakat umum)
Contoh Homograf :
Amplop
Untuk
mengirim surat untuk bapak presiden kitaharus menggunakan amplop
(amplop
= amplop surat biasa)
Agar bisa diterima
menjadi pns ia member amplop kepada
para pejabat
(amplop
=sogokan atau uang pelicin)
Bisa
Bu
kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya
(bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti
(bisa
= racun)
Berdasarkan Leksikal
1. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna
yang sama.
2. Antonim adalah dua buah kata yang maknanya
“dianggap” berlawanan.
3. Homonim adalah suatu kata yang memiliki lafal
dan ejaan yang sama, namun memiliki makna yang berbeda.
4. Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna
dan ejaan yang berbeda dengan lafal yang sama.
5. Homograf adalah suatu kata yang memiliki
makna dan lafal yang berbeda, namun ejaannya sama.
6. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki
banyak pengertian
7. Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak
kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata
lainnya.
8. Hiponim adalah kata-kata yang terwakili
artinya oleh kata-kata hipernim
Sumber:
wow, keren
BalasHapusterimakasih informasinya
insya allah membantu saya dalam mendalami kisi-kisi UN SMK 2014
terimakasiih